Canta, Palma, Coro… Energia, força, e sentimento Lama absen menulis soal capoeira, bukan karena labil atau luntur cinta saya pada yang satu ini. Tapi memang lama absen karena suatu hal, dan karena sudah memutuskan untuk kembali lagi ke dalam roda, maka saya mulai lagi sebuah tulisan sederhana. Idenya mungkin semua capoerista, atau orang-orang yang menyukai capoeira, sudah tahu. Sudah umum. Tapi ijinkan saya menuliskannya lagi.
Sejujurnya meskipun lama absen dari roda, saya tidak pernah merasa jauh dari capoeira. Salah seorang guru saya pernah berkata bahwa “Kita tidak memilih capoeira, capoeira yang memilih kita”. Saya tidak tahu apakah saya memang terpilih, apakah saya dipilih oleh capoeira, atau apakah saya cuma ge-er. Tapi yang jelas saya tidak pernah merasa jauh dari capoeira. Bagaimana mau jauh? Setiap hari tetap kontak dengan capoeirista, minimal seminggu sekali selalu bertemu (yang dibicarakan? Tidak pernah jauh-jauh dari capoeira, baik itu kultur, sejarah, atau filosofinya). Yang paling ekstrim adalah mimpi berkali-kali dengan tema yang sama dan terbangun berkali-kali karena mendengar lagu Berimbau Chamou Voçé, yang oleh guru saya langsung dianggap sebagai panggilan dari capoeira untuk saya agar segera kembali. Mistis ya, iya memang… Saya juga agak serem sekaligus takjub kalau ingat.
Dari malam-malam penuh cerita dan diskusi itu, saya jadi sering berpikir sendiri. Saya rasa tidaklah berlebihan ketika kita mempelajari sesuatu dan berusaha memahami filosofinya, hal ini membantu kita lebih beretika ketika melakukannya sendiri. Capoeira juga sama. Mungkin bagi yang melihat, capoeira tidak lebih dari seni bela diri. Full body contact, mungkin. Sadis tendangannya. Maut akrobatiknya. Tapi buat saya, baik ketika menari ataupun bercapoeira, tidak pernah jauh-jauh dari proses healing dan pertumbuhan diri.
Di groupo saya, groupo kami, ada semboyan yang dipegang teguh: Energia, força, e sentimento. Energi, kekuatan, dan perasaan. Begitu kira-kira arti literalnya. Awalnya saya cuma merasa keren secara penyampaiannya dengan bahasa Portugis. Tapi ternyata jauh lebih keren ketika tahu artinya. Ketika disampaikan bahwa energi, bermakna bahwa sebagai sesama capoerista harus menyebarkan energi positif sehingga kita bisa bermain jogo dengan gembira, bahagia, dan indah… saya hanya manggut-manggut dan bergumam “masuk akal…”. Ketika disampaikan bahwa kekuatan adalah untuk mendorong teman-teman kita yang belum berani untuk bercapoeira, masih takut atau malu, saya juga cuma manggut-manggut. Ketika diberitahu bahwa sentimento artinya perasaan, which means, bermain atau menolong sesama teman harus dengan hati, harus memahami kebisaan dan ketidakbisaan temanmu, saya juga cuma manggut-manggut. Sampai saya bercapoeira dan merasakan (plus menyaksikan) sendiri arti dari semboyan yang selalu disebut itu.
Saya menyadari bahwa energi dalam roda adalah sesuatu yang dijaga dengan baik, agar terus mengalir dan tidak berhenti (baca postingan-postingan sebelumnya). Kenapa energi positif ini penting untuk dimaintain? Tidak lain, tidak bukan adalah untuk menjaga ritme jogo dalam roda. Memang, ketika berjogo tidak menutup kemungkinan kita terkena tendangan, terpeleset, terbanting, nyusruk atau apapun. Tapi ketika kita merasakan energi yang positif dari teman atau saudara kita sesama capoerista yang berjogo dengan kita, kita lebih tidak akan merasa tersakiti. Entahlah, seperti bisa terasa bahwa jogo ini hanya upaya teman atau saudara kita itu untuk keep in touch, ingin lebih mengenal, sekaligus menunjukkan siapa dirinya. Mungkin kita belum kenal, atau mungkin kita harus ketahui.
Ketika aliran energy ini seolah terputus karena kita jatuh terlalu keras dan kita kaget atau marah, untuk itulah ada volta mundo (berjalan berlawanan jarum jam) untuk menetralisir perasaan, kembali ke boca de roda (mulut roda) bersama teman jogo, dan mulai bermain dari awal untuk kembali membangun mood. See? Dalam sebuah jogo saja, membahas energi saja, tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan dan perasaan. Kekuatan untuk terus menerus mengasah kemampuan diri, untuk terus mendukung teman kita sendiri, dan perasaan untuk tetap menjadi positif dan bersahabat meski dalam bermain kita menggunakan kaki untuk saling menyapa (dan buntutnya, kita jadi sering menyapa lantai juga). Kita harus bisa tetap saling menjaga meskipun bermain jogo yang penuh aksi tendang menendang atau akrobatik kesana kemari. Menjaga diri sendiri, menjaga teman jogo kita. Kita tidak mau kan melukai atau menyakiti teman jogo kita? Dia saudara kita sendiri. Kecuali ada persoalan yang kalian ingin selesaikan di jogo maka itu lain lagi. Bukan wilayah kami untuk ikut campur.
Saling menjaga, lalu siapa yang menjaga kita berdua yang sedang berjogo? Nah, inilah yang mau saya bahas lebih dalam sesuai penangkapan saya sendiri. Mohon maaf jika salah, kurang, atau malah berlebihan, ini cuma hasil refleksi saya sendiri. Yang menjaga teman-teman yang sedang jogo, adalah mereka-mereka yang ada di sekeliling roda, ya teman-teman yang mengiringi jogo dengan lagu. Teman-teman yang bernyanyi (canta), teman-teman yang palma (bertepuk tangan), teman-teman yang coro (menyahuti nyanyian dari pemegang gunga di bateria). Energi dalam roda itu infinit. Energi itu diserap, dipantulkan, dan diserap lagi. Bingung ya, singkatnya energi yang jadi semangat teman-teman jogo, tidak lepas dari energi teman-teman yang menyanyikan lagu-lagu capoeira.
Apa sih gunanya kita menyanyi? Dulu sempat dibahas oleh para pengajar, bahwa secara logis saja, kalau lagunya tidak enak, apa kita mau goyang? Pasti malas. Jogo juga sama. Siapa yang bisa jogo dengan gusto, kalau lagunya ambyar, tidak jelas, yang lebih parah… jadi ambyar dan tidak jelas karena tidak tahu artinya. Pastilah semangat jadi turun, energi jadi low dan jogo jadi tidak seenak dan seindah harapan *wusss*
Bagi saya sendiri, dengan bernyanyi, kita turut menjaga teman-teman yang sedang jogo. Seringkali lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang bisa membangun semangat, lagu yang menyenangkan, lagu yang bercerita tentang sejarah capoeria, bahkan tidak jarang lagu-lagu itu bermakna doa. Ya, bukankah baik ketika kita ikut bernyanyi kalau begitu? Kita membantu agar energi tiadk menurun, dan kita juga bernyanyi dengan tujuan menjaga teman yang sedang jogo. Itulah kenapa menyanyi juga penting dalam capoeira.
Kita saling jaga lah, teman yang sedang jogo sedang menjaga diri dan teman mainnya. Kita, yang belum jogo, pun ikut bertanggungjawab dalam semangat atau tidaknya suatu roda. Ya, ini seringkali bisa terlihat, ada roda yang menyenangkan dan ada yang tidak. Lagi-lagi, ini sebenarnya natural, seperti hidup.
Roda yang full axé adalah tanggungjawab semua yang terlibat di dalamnya. Para capoeirista yang sedang jogo, para capoeirista yang di sekeliling roda (yang bernyanyi dan bertepuk tangan), bahkan para pemegang bateria. Semua saling terkait dan tidak boleh ada yang hilang. Capoeira itu luta, tapi luta bricandeira. Bertarung memang, tapi bertarung yang fun. TIdak ada gasak-gasakan. Tidak ada dendam-dendaman. Jogo bonito (main cantik), meskipun bisa dibuat jogo duro (main keras).
Itu kenapa, sebelum kita berpikir atau ogah-ogahan untuk bernyanyi, bertepuk tangan, atau menyahuti nyanyian dari pemegang gunga, sadarilah dulu bahwa kita sedang berada dalam roda. Sadari bahwa kita ikut bertanggungjawab atas berlangsungnya energi dalam roda. Sadari bahwa dalam roda ini berarti kita semua punya peranan yang sama untuk menjaganya agar stay axé. Pikirkanlah, kita sendiri pun pasti lebih semangat menjalani hari-hari kita ketika ada yang mendukung apalagi mendoakan. Roda, sekali lagi, adalah miniatur kehidupan. Lagu-lagu itulah salah satu bentuk dukungan dan doa untuk teman-teman berjogo, dukungan dan doa untuk kita juga karena pasti tiba saatnya kita yang turun untuk jogo. Itu kenapa juga, saya berusaha menyemangati diri saya sendiri untuk memahami arti lagu-lagunya. Selain untuk belajar, saya rasa penting juga untuk tahu apa arti doa yang saya ucapkan, terlebih doa itu untuk orang lain.
Mungkin pemahaman saya masih sangat awam. Tapi saya pasti akan terus berproses. Mungkin saya tidak bisa lari secepat yang lain, tapi saya tidak berhenti. Dan saya akan terus menulis tentang capoeira… karena itu, saya sangat menantikan lagi malam-malam diskusi tentang capoeira ini dengan teman-teman dan guru saya, yang berhasil membuat saya jatuh cinta pada capoeira dan mengulik-ulik serta menselaraskan dengan pemahaman yang saya punya. Saya akan terus belajar. Salam energia, força, e sentimento.